Peluang Ekspor Snack Jadi Lahan Basah UMKM

Peluang ekspor snack masih sangat menjanjikan. Pada kuartal pertama tahun 2020, kementerian perdagangan mencatat performa positif dari produk makanan olahan sepanjang Januari-April 2020.  Nilai ekspor, seperti diberitakan bisnis.com, mengalami kenaikan 7,9 persen dibanding tahun lalu dengan nominal US$1,32 M.

Negara tujuan utama ekspor makanan olahan Indoensia adalah Amerika Serikat, Filipina, Malaysia, Singapuran, dan terakhir Jepang. Namun masih sedikit pemain ekspor yang berasal dari kalangan UMKM.

Sejalan dengan potensi ekspor kopi keluar negeri, peluang ekspor snack juga terbuka lebar. Sayangnya tidak meratanya akses terhadap informasi dan fasilitas ekspor membuat UKM jauh tertinggal dari perusahaan-perusahaan besar.

Menurut data transaksi ekspor per kategori, produk lemak, minyak hewani dan nabati menduduki tempat pertama. Begitu juga dengan produk di bawah yang masih didominasi barang-barang produksi industri besar.

Meskipun jumlah UMKM di Indonesia mencapai 64,2 juta usaha, namun baru sekitar 14% yang berkontribusi dalam ekspor Indonesia. Tentu hal ini perlu diperhatikan kembali, mengingat ekspor bisa menambah pemasukan negara.

Peluang Ekspor Snack yang Belum Maksimal

Data yang dilansir ukmindonesia.id memperlihatkan bahwa ada tiga negara yang potensial menjadi negara tujuan ekspor: Cina, Amerika Serikat, India. China memiliki sekitar 55% potensi pasar yang belum terjamagh. Sedangkan India masih 50%, tidak jauh dari nilai di Amerika Serikat.

Namun data tersebut belum memasukkan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Filipina, hingga Vietnam dalam skema ekspor Indonesia. Beberapa UMKM berhasil tembus pasar negara-negara tetangga.

Untuk target masyarakat negara tetangga, banyak UMKM yang sudah bisa tembus lewat marketplace. Shopee misalnya, menyediakan layanan ekspor untuk negara-negara tetangga. Bananania hingga Geprania berhasil masuk Malaysia dan Singapura dengan sistem ini.

Sayangnya sistem ekspor lewat marketplace kemungkinan hanya bisa menampung sedikit permintaan makanan olahan dari Indonesia. Untuk memperbesar nilai ekspor, satu-satunya jalan adalah membangun jaringan bersama kementerian dan dinas terkait.

Sejak 2019, pemerintah Indonesa memang sudah menggalakan UMKM untuk lebih melebarkan sayapanya. Misal dengan digitalisasi usaha, rebranding kemasan, kepemilikan lengkap izin dan sertifikasi usaha. Bahkan kemenkopUKM sudah memberikan fasilitas izin HACCP untuk usaha yang punya potensi ekspor.

Integrasi antara kementerian-dinas-dan UMKM jadi penting muntuk meningkatkan peluang ekspor snack. Sebagai awal mula, setiap snack yang ingin dijual wajib memiliki izin edar.

Tantangan Peluang Ekspor Snack

Tembus pasar global tentu bukan hal yang mudah. Bahkan Sri Mulyani, menteri keuangan Indonesia, mengatakan bahwa UMKM perlu berbenah agar bisa bersaing di tingkat internasional.

Potensi snack Indonesia sangat besar karena negara ini memiliki sumber daya alam yang besar pula. Kita mengenal buah-buah tropis, belum termasuk dengan umbi-umbian yang bisa menggeser kentang di tingkat snack.

Beberapa hambatan yang membuat UMKM snack sulit berkembang:

Ketersediaan bahan baku yang stabil dalam

Beberapa UMKM yang mendapat kesempatan untuk ekspor punay kesulitan di bagian bahan baku. Tidak setiap bahan baku tersedia sepanjang waktu atau bahkan memiliki kualitas yang sama.

Masalahnya, jika UMKM tidak bisa memenuhi kebutuhan dalam jumlah yang sama, maka pihak pelaku usaha akan mendapatkan denda. Nah ketersediaan supply perlu mendapat dukungan dari pihak berwenang.

Teknologi Produksi yang Belum Maksimal

Berapa persen pelaku UMKM yang memiliki teknologi mutakhir? Jawabannya mungkin tidak banyak. Padahal teknologi modern adalah kunci untuk mempercepat produksi sekaligus meningkatkan jumalh produksi snack.

Untuk itu, UMKM juga butuh bantuan alat yang lebih canggih dari pemerintah, mengingat harganya sangat mahal.

Keberadaan Sistem Kontrol dalam Proses Produksi

Seperti yang sudah disebut di atas, UMKM kesulitan untuk memastikan standar kualitas makanan sama di tiap produksi. Skema pengawasan ini perlu ditingkatkan dengan pelatihan dan alat yang mencukupi.

Pemilihan Desain Kemasan

Salah satu yang menghambat peluang ekspor snack menjadi lambat adalah desain kemasan makanan yang sudah tertinggal. Jika menyasar masyarakat global, maka desain kemasan perlu menyesuaikan dengan apa yang sedang jadi tren.

Salah satu contohnya adalah penggunaan kemasan ramah lingkungan. Banyak negara yang sedang mengurangi masuknya barang-barang berbahan plastik. Maka, pelaku UMKM perlu mencari desain kemasan berbahan kertas alami tapi tetap terlihat menarik.

Legalitas Produk

Berapa persen produk yang memiliki izin lengkap? Tentu tidak semua pelaku usaha mau mengurus izin yang sangat banyak: mulai dari HKI, izin edar, sertifikasi halal, informasi nilai gizi, dan lain-lain.

Pemerintah sudah memberikan fasilitas pengurusan izin usaha untuk UMKM. Pelaku usaha bisa mengurus dengan mendapatkan subsidi atau bahkan gratis. Oleh karena itu, pelaku UMKM harus rajin mencari informasi ke dinas-dinas terkait.

Manajemen Usaha

Pelatihan manajemen usaha perlu digalakkan untuk pelaku UMKM. Manajemen ini bisa meliputi: pengelolaan SDM, marketing, keuangan, hingga pencarian peluang ekspor snack.

Edukasi yang masih minim membuat UMKM perlu berbenah di bidang manajemen usaha.

Peluang ekspor snack dapat digarap serius jika setiap pemangku kepentingan: mulai dari pemerintah hingga dinas memberikan pendampingan secara serius kepada UMKM sehingga kualitas produk tidak tertinggal dari negara lain.

Selain itu, pemerataan informasi terkait impor juga harus merata, sehingga pelaku UMKM bisa bersiap-siap.

Tinggalkan komentar