Potensi Ekspor Tanaman Hias: Dapatkan Untung di Tengah Pandemi

Potensi ekspor tanaman hias Indonesia menunjukan arah yang baik. Komoditas tanaman hias atau lebih tepatnya florikultura (budidaya tanaman hias seperti bunga potong, tanaman pot, tanaman penghias taman) secara global mengalami kenaikan tren.

Berita baiknya, permintaan tanaman hias mancanegara ternyata tidak mengalami penurunan sama sekali. Membeludaknya pesanan dari luar negeri membuat produsen tanaman hias di dalam negeri tidak bisa memenuhi permintaan.

Pada April 2021 misalnya, ekspor tanaman hias ke enam negeri mencapai total nilai hingga Rp2,3 triliun. Angka yang fantastis mengingat pasar tanaman hias masih sangat luas di global. Menariknya, angka ekspor yang besar tersebut justru didapatkan di tengah pandemi.

Untuk mendukung potensi ekspor tanaman hias, menteri pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan pemerintah akan memberikan fasilitas maksimal bagi petani-petani plasma dan juga petani tanaman hias lainnya.

Untuk ekspor, petani bisa menggunakan dua cara: ekspor bibit yang dikemas dengan kemasan tebal atau ekspor tanaman yang sudah mulai tumbuh. Selain benih tanaman hias, petani juga bisa melakukan ekspor benih sayuran.

Beberapa sayuran seperti kangkung, tomat, buncis, labu, hingga kacang panjang juga memiliki pangsa pasar yang besar. Keduanya bisa menjadi andalan ekspor dengan sinergi dari pemerintah-petani-dan distributor.

CV Minaqu: Pertebal Potensi Ekspor Tanaman Hias

Indikator keberhasilan ekspor tanaman hias bisa dilihat dari kesuksesan CV Minaqu mengirimkan lebih dari 3 juta tanaman ke Jerman, 362 ribu tanaman ke Inggris, 500 ribu tanaman ke Cyprus, 1 juta tanaman ke Korea Selatan, 4 juta tanaman ke Amerika Serikat, serta sekitar 1,2 juta tanaman ke Kanada.

Bisnis tanaman yang dimulai dari Bogor ini termasuk fantastis, mengingat CV Minaqu baru berdiri pada 2019. Kemampuan Ade Wardhana Adinata, sang pemiliki, berhasil membuat ia meraup 1,2 miliar dalam satu bulan.

Memulai bisnis tanaman juga butuh kejelian melihat tren. Ade misalnya, melihat kebutuhan tanaman hias tidak pernah surut di negara-negara modern. Pandemi justru membuat kegiatan menanam sebagai aktivitas sampingan.

“Legalitas usaha, kelengkapan dokumen ekspor, pengetahuan akan jenis tanaman bernilai tinggi serta membuka jaringan media sosial, merupakan modal menekuni usaha ini. Minaqu Home Natura (CV Minaqu) menjalani bisnis tanaman hias dengan fokus dan berani,” papar Ade kepada reporter islandsindonesia.id.

Pengalaman Ade bersama CV Minaqu ini tentu bisa jadi motivasi petani lain untuk mengembangkan sayap tidak hanya terfokus pada penjualan dalam negeri, tapi juga luar negeri.

Hambatan Petani Tanaman Hias di Indonesia

Potensi ekspor tanaman hias belum maksimal karena masih ada kendala-kendala yang melingkupi petani itu sendiri.

Kualitas dan Kuantitas Tanaman Hias Belum Maksimal

Permintaan manca negara bisa saja besar, namun ketersediaan tanaman hias belum merata di Indonesia. Kurangnya penyuluhan, pendampingan, hingga ketersedian lahan menjadi alasan utama mengapa kualitas dan kuantitas tanaman hias, meski beragam, tidak bisa besar.

Mengatasi masalah ini, petani tidak bisa hanya sendirian saja. Pemerintah mesti turun tangan dan memberikan fasilitas yang layak bagi para petani tanaman hisa. Dengan cara ini potensi ekspor tanaman hias bisa maksimal.

Kendala Modal

Banyak petani tanaman hias masih kesulitan mendapatkan pendanaan. Padahal modal awal penting untuk memulai usaha. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah telah menyiapkan fasilitasi kredit usaha rakyat yang bisa diakses dengan bunga rendah.

Distribusi dan Pemasaran

Tidak seluruh petani tanaman hias bisa melakukan ekspor. Permasalahannya, melakukan ekspor juga membutuhkan jaringan yang luas serta kepandaian melihat situasi pasar global.

Peran pemerintah adalah menjembatani produksi tanaman hias dengan pasar internasional. Entah dengan cara membuat pameran online, atau juga mendukung digitalisasi usaha lewat marketplace lebih gencar lagi.

Kemasan yang Baik Untuk Ekspor Tanaman Hias

Tanaman hias sangat rawan rusak selama di perjalanan. Untuk benih misalnya, bisa menggunakan kemasan primer dan kemasan sekunder. Ini memungkinkan kemasan menjadi lebih aman.

Kemasan sekunder adalah wadah besar yang digunakan untuk mengemas kemasan primer. Kemasan ini bisa berupa kemasan karton besar yang dilapisi bantalan atau bubble wrap. Sedangkan kemasan primer adalah kemasan yang bersinggungan langsung dengan produk.

Pemilihan kemasan yang baik memungkinkan barang samapi dalam keadaan aman. Oleh karena itu, potensi ekspor tanaman hias juga harus memastikan fungsi kemasan sudah maksimal. Jangan sampai barang yang sampai justru rusak karena pihak pengekspor akan dikenai denda yang tidak sedikit.

Potensi ekspor tanaman hias masih terbuka lebar, sekalipun belum digarap secara serius oleh pemerintah. CV Minaqu adalah bukti bahwa permintaan tanaman hias maupun benih sayuran masih besar di pasaran.

Dengan adanya globalisasi, Indonesia dengan keragaman hayati akan bersaing dengan produk tanaman dalam negeri. Pandemi, yang membuat penjualan tanaman hias meningkat, bisa digunakan sebagai momentum untuk memperbesar kesempatan usaha tanaman jenis satu ini.

Tinggalkan komentar