Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, bisnis usaha kopi khususnya di Indonesia sedang mengalami banyak perkembangan. Saat ini usaha kopi tak hanya skala warung, tapi juga usaha kopi dengan konsep coffee shop yang menyuguhkan beragam fasilitas juga mulai banyak dijumpai. Bahkan, beberapa diantaranya sudah menerapkan konsep franchise. Meningkatnya pangsa pasar kopi Indonesia (domestik) yang semakin luas, dikarenakan gaya hidup masyarakat Indonesia yang mulai berubah dan berkembang.
Indonesia adalah negara penghasil biji kopi terbesar keempat di dunia setelah Brasil, Vietnam dan Kolombia dengan produksi rata-rata sebesar 639 ribu ton per tahun atau sekitar 8 % dari produksi kopi dunia. Komposisi produksi kopi Indonesia adalah 72,84% kopi jenis robusta dan 27,16% kopi jenis arabika
Industri pengolahan kopi nasional menunjukkan kontribusi yang semakin meningkat bagi ekspor Indonesia. Pada tahun 2016, sektor ini mencatat angka ekspor sebesar USD 427,89 juta, atau meningkat sekitar 19% dari tahun 2015. Produk kopi yang diekspor didominasi oleh produk kopi instan, ekstrak, esens dan konsentrat kopi yang tersebar ke berbagai negara tujuan ekspor utama seperti ASEAN, RRT, dan Uni Emirat Arab.
Sejatinya, potensi pengembangan industri kopi di dalam negeri masih sangat baik, mengingat konsumsi kopi masyarakat Indonesia rata-rata masih sebesar 1,1 kg perkapita/tahun. Namun, jumlah tersebut masih jauh dibawah negara-negara pengimpor kopi seperti USA dengan jumlah konsumsi kopi sebesar 4,3 kg, Jepang 3,4 kg, Austria 7,6 kg, Belgia 8,0 kg, Norwegia 10,6 kg dan Finlandia 11,4 kg perkapita/tahun.
Pemerintah Indonesia saat ini sedang membuat program-program untuk meningkatkan perkembangan industri kopi Indonesia. Beberapa program yang dikembangkan misalnya peningkatan kapasitas sumber daya manusia seperti barista, roaster, penguji cita rasa (cupper), peningkatan nilai tambah biji kopi di dalam negeri, dan edukasi peningkatan mutu kopi olahan terutama kopi sangrai (roasted bean) melalui penguasaan teknologi roasting.